BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOPTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian dan Karakteristik PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penelitian yang sedang diminati khususnya oleh para guru karena penelitian ini dapat dilaksanakan tanpa harus meninggalkan tugas guru sebagai pendidik. Bahkan sebenarnya para guru telah melaksanakan jenis penelitian ini hanya saja mereka belum mendokumentasikannya secara baik.
Pendapat lain mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas atau classroom action research merupakan kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan merefleksi hasil tindakannya” (Hopkins 1993:88-89). Sedangkan menurut Suwarsih Madya (1999:10) “penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis”. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.
Karakteristik PTK meliputi : (1) dirancang untuk mengatasi permasalahan nyata, (2) diterapkan secara kontekstual, (3) terarah pada peningkatan kinerja guru di kelas, (4) bersifat fleksibel, (5) data diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku dan refleksi, (6) bersifat situasional dan spesifik” (Natawidjaya 1997:2)
b. Proses Pelaksanaan PTK
Ada beberapa model rencana PTK, yakni
model Kurt Lewin, Kemmis & Mc
Taggart, John Elliot, dan Hopkins (Dadang &
Narsim 2015:25). Dari beberapa model tersebut, model Kurt Lewin merupakan model
yang paling sederhana, yang mencakup :
1. Perencanaan (planning), yakni persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK, seperti: penyusunan scenario pembelajaran, pembuatan media,
2. Tindakan (acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, scenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3. Observasi (observing), yaitu kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, kuesioner atau cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
4.
Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang
perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai
bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan dapat
diketahui perubahan yang
terjadi dan dilakukan telaah mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang
ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan.
Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk
replanning dapat dilakukan.
2. Belajar
Menurut Jihad (2013:1) belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut Hamalik (2003:27) belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih dari itu yaitu mengalami. Hal tersebut dipertegas oleh Suparno (2002:2) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari suatu praktik atau latihan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas atau tingkah laku individu. Setiap individu yang belajar akan terjadi perubahan pada dirinya yang dapat mengembangkan pribadinya. Belajar bersifat individualistik. Dalam konteks belajar di sekolah apa yang dilakukan oleh pembelajar itulah yang dipelajari dan bukan dilakukan oleh guru. Belajar adalah sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman.
3. Hasil Belajar
Sudjana (dalam Jihad, 2013: 15) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Hamalik (dalam Jihad, 2013: 15) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.. Hal tersebut dipertegas oleh Slameto (1995 : 17) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Dalam penelitian ini hasil belajar mencakupi Kompetensi Inti 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah., serta Kompetensi Dasar 3.9 Menjelaskan dan menentukan keliling dan luas persegi, persegipanjang, dan segitiga serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua.
4. Materi Matematika Keliling dan luas bangun segi banyak
Mengenal Segi Banyak Beraturan dan Segi Banyak Tidak Beraturan. Segi banyak adalah bangun tertutup yang seluruh sisinya dibatasi oleh garis. Jumlah sudut yang ada sama banyak dengan jumlah sisinya. Segi banyak disebut juga poligon. Segi banyak paling sedikit memiliki tiga sisi dinamakan segitiga. Segi banyak yang memiliki empat sisi dinamakan segi empat. Segi banyak yang memiliki lima sisi dinamakan segi lima. Dari pengertian di atas, tentu kamu dengan mudah dapat memberikan contoh bangun bukan segi banyak.
Bilangan kuadrat adalah bilangan yang diperoleh dari hasil perkalian dua bilangan yang sama. Contoh: 12 = 1 x 1 = 1 22 = 2 x 2 = 4 32 = 3 x 3 = 9 42 = 4 x 4 = 16 52 = 5 x 5 = 25 62 = 6 x 6 = 36 72 = 7 x 7 = 49 82 = 8 x 8 = 64 92 = 9 x 9 = 81 102 = 10 x 10 = 100 112 = 11 x 11 = 121 122 = 12 x 12 = 144 132 = 13 x 13 = 169 142 = 14 x 14 = 196 152 = 15 x 15 = 225 162 = 16 x 16 = 256 172 = 17 x 17 = 289 182 = 18 x 18 = 324 192 = 19 x 19 = 361 202 = 20 x 20 = 400
Untuk menarik akar[1]akar kuadrat dapat dilakukan langkah[1]langkah berikut ini: 1. Pisahkan setiap dua angka dari belakang (2.25) 2. Tentukan bilangan kuadrat yang hasilnya paling mendekati angka paling kiri. 1 x 1 = 1, mendekati 2. Tulis 1 sebagai hasil bilangan pertama. 3. Jumlahkan bilangan hasil yang pertama 1 + 1 = 2 4. Simpan 2, cari bilangan yang sama sehingga 2 … x … = 125 25 x 5 = 125 5. Tulis 5 sebagai bilangan hasil yang kedua.
Luas bangun datar adalah besarnya daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut.
Untuk menentukan panjang sisi persegi yang diketahui luasnya adalah mengakar pangkat duakan luas tersebut. Keliling Bangun Datar Di kelas III, kamu sudah mempelajari tentang keliling persegi, persegi panjang, dan segitiga. Masih ingatkah kamu bagaimana cara menentukan keliling bangun datar-bangun datar tersebut? Dalam pelajaran ini, kamu akan mempelajari kembali keliling persegi, persegi panjang, dan segitiga.
1. Keliling Persegi
2. Keliling Persegi Panjang
3. Keliling Segitiga
Luas Bangun Datar
Luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut :
1. Luas Persegi
2. Luas Segitiga
Permasalahan yang Berkaitan dengan Keliling dan luas bangun segi banyak Banyak permasalahan sehari-hari yang terkait dengan keliling dan luas bangun segi banyak. Perhatikan contoh berikut. Contoh: 1. Santi akan membuat bangun persegi panjang dari kawat. Santi mempunyai 110 cm kawat. Jika panjang sisi persegi panjang yang akan dibuat Santi berukuran 15 cm dan lebarnya 10 cm, a. berapa banyak bangun persegi panjang yang dapat dibuat? b. berapa sisa kawat Santi yang tidak terpakai?
Jawab: a. Ukuran persegi panjang, p = 15 cm dan l = 10 cm Keliling persegi panjang = 2(p + l) = 2(15 + 10) = 50 cm 110 50 = 2 sisa 10 Jadi, bangun persegi panjang yang dapat dibuat sebanyak 2 buah. b. Panjang kawat yang tersisa = 110 cm – 100 cm = 10 cm
Jika luas persegi panjang adalah L, panjang persegi panjang p dan lebar persegi panjang adalah l, maka rumus untuk menentukan luas persegi panjang adalah L = p x l Sedangkan untuk mencari salah satu sisi persegi panjang adalah p = L I atau l = L p
Untuk menentukan luas dari gabungan dua persegi panjang atau lebih, dihitung satu persatu luas tersebut.
5. Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Majid (2016:221-222), strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Aqib (2015: 118-119) mengungkapkan bahwa metode inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Pembelajaran dilakukan dengan meneliti suatu masalah di kelas untuk dipecahkan secara kelompok, kemudian ditarik kesimpulan dari maslah yang didiskusikan tersebut.
Metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan (Usman, 1993:124).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa sehingga diharapkan akan lebih lama bertahan pada ingatan siswa.
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri
Langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah (Sagala, 2003:97):
a. Menyadarkan peserta didik bahwa mereka memiliki keingintahuan terhadap sesuatu.
b. Perumusan masalah yang harus dipecahkan peserta didik.
c. Menetapkan jawaban sementara atau hipotesis.
d. Mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis.
e. Menarik kesipulan jawaban atau generalisasi.
f. Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dari situasi baru.
Strategi pelaksanaan metode inkuiri adalah sebagai berikut (Mulyasa 2006:235):
a. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. Sebelum memulai pelajaran guru guru harus memahami sejauh mana peserta didik memiliki persepsi terhadap materi tersebut. Kemudian guru dan peserta didik bersama-sama membandingkan persepsi dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada.
b. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah.
c. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
d. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah mereka pelajari agar dapat dipahami.
e. Guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang telah disajikan.
f. Mendiskusikan aplikasi dan melakukan sesuai dengan informasi tersebut.
g. Merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan menurut Majid (2015: 224—226) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
a. Orientasi,
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Tanpa kemauan dan kemampuan tersebut tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut siswa akan memeroleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai kemampuan wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses mengumpulkan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalahmanakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Dari beberapa pendapat mengenai langkah-langkah metode inkuiri, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri dimulai dari pemusatan perhatian siswa, penentuan masalah, penentuan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
3. Kelebihan dan Kekurangan metode inkuiri
Kelebihan metode inkuiri menurut Abimanyu(2009:7-10) adalah sebagai berikut:
a. Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
c. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d. Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f. Metode ini berpusat pada anak, guru sebagai teman belajar atau fasilitator
Sedangkan kekurangan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
a. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustasi.
b. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena waktu guru akan habis untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c. Dalam pelajaran tertentu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif apabila pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-proses dibawah pembinaannya (Abimanyu, 2009:7-11).
Majid (2015:227-228) mengungkapkan kelebihan metode inkuiri, yaitu :
a. Menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran dianggap lebih bermakna.
b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahna tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Dapat melayani siswa yang memunyai kemampuan di atas rata-rata.
Sedangkan kekurangan metode inkuiri adalah:
a. Sulit mengontrol kegiatan dan pembelajaran siswa.
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Memerlukan waktu yang lama.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, metode ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Majid, 2015:227—228).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa kelebihan metode inkuiri adalah mengaktifkan semua kemampuan berpikir siswa untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarai. Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan perencanaan yang lama.
6. Media Benda Konkrit
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah yang secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantara. Dalam bahasa Arab media adalah ( و سا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Berikut pendapat tentang media yang dikemukakann oleh para ahli yaitu :
a. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
b. Fleming mengatakan bahwa media yang sering diganti dengan mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.
c. AECT (Association for Education and Communication Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi
d. NEA ( Educations Association ) mendefenisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar untuk mempengaruhi efektifitas program instruktional
Sedangkan menurut Gerlach secara umum
media (pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Sependapat dengn Gerlach, Gagne juga menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah berbagai komponen
yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar.
Dari defenisi-defenisi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa
pengertian media adalah sesuatu baik itu manusia ataupun benda yang dapat
dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar guna membantu
memperoleh pesan atau informasi, pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Media merupakan alat untuk membantu guru menyampaikan informasi/ materi kepada
peserta didik. Media yang digunakan tidak harus mahal, tapi juga bisa
memanfaatkan media yang ada disekitar peserta didik atau guru bisa menggunakan
pengalaman peserta didik.
Media pada intinya yaitu sarana untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan guru. Penggunaan media dalam pembelajaran bisa diciptakan oleh siswa maupun guru dengan bahan seadanya, misal dengan menggunakan barang-barang bekas, barang yang ada disekitar lingkungan sekolah maupun menggunakan lingkungan itu sendiri sebagai media pembelajaran.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konkrit yaitu nyata, benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, dapat diraba, dsb). Jadi media Konkrit adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Selain itu, definisi lain dari media benda konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.
Media Konkrit merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Sebagai obyek nyata, media Konkrit merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media Konkrit banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Media Konkrit mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual.
Benda-benda Konkrit itu sendiri dapat diperoleh disekitar kita misalnya batu, daun kering, kelereng, buku, pensil, meja,sepatu, kaos kaki, sapu tangan, sendok, piring, dan lain-lain. Anak-anak terutama siswa kelas rendah akan mendapatkan banyak informasi dengan adanya interaksi dengan obyek nyata dan menarik, sehingga pemahaman anak akan lebih mudah terbentuk. Hal ini juga ditunjang dengan adanya penjelasan terkait tahap perkembangan anak. Menurut Piaget sendiri ada 3 tahap perkembangan anak :
a) bersikap secara intuitif ± umur 4 tahun
b) beroperasi secara konkrit ± umur 7 tahun
c) beroperasi secara formal ± umur 11 tahun
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa benda Konkrit ini merupakan benda yang sebenarnya, benda atau media yang membantu pengalaman nyata peserta didik. Pengalaman nyata atau pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa penggunakan perantara. Karena pengalaman langsung inilah maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi Konkrit sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi.
Jadi, media benda Konkrit disini
memiliki fungsi selain untuk memberi pengalaman nyata dalam kehidupan siswa
juga berfungsi untuk menarik minat belajar siswa agar hasil belajar siswa lebih
baik lagi.
Fungsi Media Konkrit
Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Levie Lentz dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi media pengajaran, yaitu:
a.
Fungsi Atensi,
yaitu menarik perhatian peserta didik untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang ditampilkan
b. Fungsi Afektif, yaitu media dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, dan peserta didik dapat menikmati pembelajaran
c.
Fungsi Kognitif,
yaitu media memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di dalamnya
d. Fungsi Kompensatoris, yaitu media mengakomodasi peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks/verbal.
Fungsi media Konkrit antara lain :
a.
Alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang
efektif;
b. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar;
c.
Meletakkan
dasar-dasar yang konkrit dan konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme;
d. Mengembangkan motivasi belajar siswa;
e. empertinggi mutu pembelajaran.
Kelebihan dan kelemahan media benda konkrit
Kelebihan :
a.
Membangkitkan
ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat
konseptual, sehingga mengurangi kesalah pahaman siswa dalam
mempelajarinya
b. Meningkatkan minat siswa untuk mempelajari materi pelajaran
c.
Memberikan
pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang
aktivitas diri sendiri untuk belajar
d. Dapat mengambangkan jalan pikiran yang berkelanjutan
e.
Menyediakan
pengalaman- pengalaman yang tidak mudah di
dapat melalui materi-materi yang lain dan menjadikan proses
belajar mendalam dan beragam.
Kelemahan:
a. Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya
b. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunaknnya.
Kelemahan yang ada diatas hendaknya
dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli atau konkrit yang ada di
sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses
pembelajaran, dan disesuaikan dengan materi pembelajaran serta tetap berusaha
membawa benda nyata ke dalam kelas yang berguna untuk menjelaskan materi dalam
lingkup kelas. Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media
konkrit atau nyata pada saat proses pembelajaran berlangsung akan lebih baik
daripada hanya berceramah saja. Karena dengan adanya media pembelajaran dapat
membantu untuk memperjelas maksud yang kita sampaikan dan merangsang peserta
didik untuk belajar.
Sehingga, dengan penggunaan media benda konkrit tersebut peserta didik menjadi
lebih giat lagi dalam belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama
tentang konsep yang dipelajari.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Sulisthia (2014) mengenai “Penerapan Metode inkuiri terbimbing Berbantuan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar matematika Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Manukaya Tahun Pelajaran 2013/2014” menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa menunjukkan persentase nilai rata-rata pada siklus I 69,4% berada pada kategori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,3% tergolong pada kategori tinggi. Sementara, persentase nilai rata-rata hasil belajar pada pra siklus sebesar 64,43% berada pada kriteria rendah, pada siklus I sebesar 71,60% berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,62% berada pada kriteria tinggi. Ketuntasan belajar pada pra siklus mencapai 50% berada pada kriteria rendah, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I mencapai 73,08% berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 88,46% yang berada pada kategori tinggi. Simpulan dari penelitian ini, penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media animasi komputer dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Manukaya . http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2493
Kusumaningrum (2013) mengadakan penelitian mengenai “ Penerapan metode Pendekatan inkuir dalam peningkatan Pembelajaran matematika tentang Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sidoagung Tahun Ajaran 2012/2013” menunjukkan bahwa bahwa penggunaan metode pendekatan inkuiri dapat meningkatkan proses dan hasil belajar matematika tentang pecahan pada siswa kelas IV. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 76,69, siklus II meningkat menjadi 77,12 dan pada siklus III mencapai 80,27. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/6264
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M. Yani (2013) mengenai “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematikan Materi Pecahan dengan Menggunkan Metode Inkuiri di Kelas IV SD Negeri Kangkung kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung“ menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 53,42 meningkat 22,50 point pada siklus II menjadi 75,92. Hasil belajar siswa pada Siklus 1 mencapai nilai rata-rata 61,67 kemudian meningkat 22,91 point menjadi 84,58 pada siklus II.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas yang menerapkan metode inkuiri telah dilakukan peneliti sebelumnya. Namun dalam penelitian ini penerapan metode inkuiri dilakukan pada materi, setting, subjek, dan kajian pustaka yang berbeda. Terhadap variabel yang sama akan semakin memperkuat penerapan model yang dimaksud dalam kerangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Penggunaan metode inkuiri merupakan salah satu wujud pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran. Melalui penggunaan metode inkuiri, siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Siswa diha. Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir di bawah ini:apkan pada situasi nyata dalam menghitung keliling dan luas segi banyak.
Selengkapnya kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
|
TINDAKAN |
|
Pada siklus I penerapan metode inkuiri dan pengguanaan media benda konkrit dengan memberikan kasus dalam kehidupan sehari-hari |
|
KONDISI AWAL
|
|
KONDISI AKHIR |
|
Guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah tanpa disertai dengan model pembelajaran yang bervariasi . |
|
Aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika rendah |
|
Guru menerapkan metode inkuiri dan pengguanaan media benda konkrit |
|
Diduga melalui penerapan metode inkuiri dan pengguanaan media benda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar Matematika kelas IV Semester 2 SD Negeri Gentinggunung Tahun Pelajaran 2021/2022.
|
|
Pada siklus II penerapan metode inkuiri dan pengguanaan media benda konkrit dengan terjun langsung dilingkungan sekitar |
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir
Berdasarkan bagan di atas dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran Matematika yang menyenangkan perlu melibatkan keaktifan siswa. Penggunaan metode inkuiri dan penggunaan mediabenda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar materi keliling dan luas bangun segi banyak.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan metode inkuiri penggunaan mediabenda konkrit secara optimal dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi keliling dan luas bangun segi banyak pada siswa kelas IV SD Negeri Gentinggunung Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Semester II tahun pelajaran 2021/2022.
Download file disini





Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih aa kud kud segera membalas